Berteman...





Anak itu begitu marah, bahkan kecewa. Ia titip pesan di Yahoo Messenger tentang betapa kecewanya dia terhadap sikap saya yang tidak menjawab salamnya untuk berchating ria dengannya. Tapi saya hanya terpaku menatap layar monitor saya sambil tersenyum.

Dikenal memiliki resiko. Ia bisa mendatangkan kebaikan tapi ia juga bisa mendatangkan banyak fitnah. Dan itulah yang saya alami. Perilaku anak yang marah diatas tadi bukanlah hal pertama yang saya temui, sudah sering..bahkan terlalu sering.

Sok Artis, sombong, belagu dan sebagainya adalah hal – hal yang sering di lontarkan banyak orang kepada saya. Terutama dari pihak – pihak yang merasa ‘dicueki’ oleh saya baik di internet ataupun di dunia nyata. Tapi apapun itu saya cuma bisa tersenyum simpul.

Jadi ingat ketika pertama kali mengenal facebook. Hampir dipastikan dalam satu hari saya bisa menerima undangan pertemanan mulai dari 20 – 50 orang perhari. Bahkan pernah sampai ratusan. Awalnya saya selalu menerima siapa saja yang mengundang saya di facebook. Namun ketika angka pertemanan facebook melebihi 1000 orang saya melihat sesuatu yang tidak terkontrol. Salah satu yang tidak terkontrol disitu adalah kadang hal – hal kecil bisa berubah menjadi suatu debat panjang yang ngalur ngidul bahkan cuma melahirkan sebuah emosi buta juga rusaknya sebuah ukhuwah.

Hingga akhirnya saya pun membuat facebook baru yang hanya berisikan 43 teman yang benar benar saya kenal baik di dunia maya ataupun di dunia nyata.

Begitupun ketika saya memilih menutup multiply pribadi saya. Alasan pertama adalah multiply itu identik dengan nama besar seorang rapper yang sudah banyak dikenal, yang akhirnya sayapun sadar..sosok rapper itu sudah tidak ada.

Lagipula ruang di multiply terlalu banyak commen yang merusak hati bagi saya pribadi. Jika ia berisi pujian saya takut menjadi riya, kalaupun ada yang kontra saya khawatir cuma provokator dan hanya memancing debat kusir. karena itulah saya memilih pindah ke blogspot.

Lagipula rapper itu sudah menggantung mikroponnya. Mikropon yang sebagian orang beranggapan terlalu extreme, sebagian mengatakan terlalu controversial, sebagian lagi mengatakan ‘dahsyat dan luar biasa’, sebagian lagi mengatakan ‘Fasis Puritan’, sebagian lagi mengatakan ‘teroris’, sebagian lagi mengatakan ‘menyebalkan’ dan sebagainya dan sebagainya…

Wacana dan realitas

Dari sebuah anekdot panggung sandiwara dengan atau tanpa label dakwah di dalamnya, saya menulis ini. Kenapa saya mengatakan sandiwara? Ya memang ada banyak kepura – puraan setelah semua perjalanan yang saya lewati. Sama seperti kecewanya anak yang marah karena saya tidak mau chatingan dengan dia, begitupun saya memilih menjaga diri dari siapapun di dunia ini.

Dulu saya pikir setiap orang yang mengaku aktivis dakwah adalah orang yang bisa dipercaya, bisa dijadikan tempat untuk bahu membahu..apalagi ketika secara wacana dan retorika seakan kami memiliki gagasan yang sama yaitu ‘Menegakkan Islam’. Bahkan sekali lagi secara teori ideology saya menerima banyak penjelasan dari proses pengajian demi pengajian yang saya lewati, mulai dari materi ta’liful qulub (ikatan hati), ukhuwah islamiyah (persaudaraan islam), hingga bab bab jihad, al wala wal bara dan sebagainya..

Namun, sekali lagi saya teringat cerita ayah saya Abu Rizqy Al Jambary. Ketika dia menjadi salah satu pendiri organisasi kristologi, ternyata dalam sebuah organisasi islampun masih ada ustad yang melenyapkan uang organisasi lebih dari 25 juta rupiah. Tadinya saya piker, cukup ayah saya saja yang menemukan hal seperti itu, yaitu situas pengkhianatan dan sebagainya.

Jati Diri

Sebagai seorang yang menemukan hidayah Islam melalui proses pencarian baik secara pemikiran maupun pengalaman hidup. Saya adalah tipe orang yang paling benci dengan namanya doktrin. Karena kenyakinan itu terbentuk karena pemahaman. Dan pemahaman itu berbeda dengan taklid. Dan doktrin itu bibit dari lahirnya kultur taklid.

Orang yang memahami sesuatu adalah orang yang tahu alasan ketika dia melakukan sesuatu. Baik secara ‘apa’ atau ‘karena apa’, ‘mengapa’, ‘untuk apa’, ‘kemana’ dan sebagainya.

Sedangkan orang taklid, dia tidak perduli setiap alasan yang dia lakukan. Dia hanya melakukan atas sugesti temporer. Ketika dia ada di ruang hijau dia menjadi hijau, ketika dia bersama biru dia menjadi biru, ketika dia bersama merah dia menjadi merah. Maka ketika dia sudah memilih biru dia takut masuk ke area merah, karena dia takut ikut menjadi merah. Mungkin itulah efek dari karakter orang – orang taklid.

Sedangkan orang – orang yang paham, dimanapun dia berada, mau bersama si biru, kuning, hijau, jingga, abu – abu, hitam, putih, ungu dan sebagainya warna dia tetap pada warna ‘paham’ dan tidak terwarnai oleh apapun kecuali semua itu tidak bertentangan dengan dasar pemahaman dia. Dan saya menamakan itulah yang dimaksud jati diri.

Cermin, Motivasi dan keteguhan komitmen.

Dan itulah yang saya rasakan. Menjaga ruang kesunyian ternyata lebih nikmat daripada berbaur dan memaksa mengiyakan kepalsuan. Pada akhirnya saya sadar, tanpa harus mendengarkan ulang lagu lagu butut dari ramones, korn, limp bizkit atau band band local lainnya yang sering membuat lagu dengan contain NO TRUST NO ONE, atau I DON’T TRUST EVERYBODY atau beragam judul lagi yang mengtakan bahwa memang manusia itu tidak bisa dipercaya, begitupun diri saya.

Walau tadinya saya membatalkan pendapat ini. Karena Al Qur’an mengajarkan saya untuk menghargai setiap orang yang seiman, seaqidah dan sebagainya. Menjaga ukhuwah dan mempercayai mereka. Tapi maaf bukan karena saya melawan Al Qur’an. Al Qur’an adalah kemutlakan karena Al Qur’an adalah dasar pegangan hidup saya.

Dan jika pada akhirnya saya belajar kembali untuk tidak mau mempercayai siapapun, tentulah saya juga paham bahwa jika saya mempercayai sesuatu itu semua karena Alloh. Begitupun jika saya tidak mempercayai sesuatu itupun karena Alloh.

Dan hari inipun begitu. Saya memilih menutup diri, menolak setiap chating, menolak setiap basa – basi seperti saya menolak mempercayai anda, dia, mereka, kamu, engkau dan siapapun. Karena saya sadar..satu satunya tempat terpercaya dalam hidup ini hanya Alloh.

Saya mendapati orang berinisial S itu menjadi banci tempurung. Karena ternyata dia adalah salah satu orang yang memfitnah saya inteligen, padahal tadinya dia orang yang sangat saya percaya bahkan saya anggap seperti kakak sendiri. Hanya karena masalah perbedaan jalan juang dan sikap kritis saya yang tidak mampu di bantah secara ilmiah oleh segelintir robot robot taklid. Maka jangan salahkan saya untuk tidak percaya pada siapapun.

di tempat lain, ada juga orang yang saya mendapati orang itu begitu semangat dalam orasi Palestina, ia juga mampu menghipnotis begitu banyak orang untuk mengumpulkan sunduq, berbicara di dalam mabit mabit. Namun ia tidak bisa hidup tanpa itu, karena nafas hidup dan penghasilannya adalah dari setiap amplop yang disisipkan ke kantongnya usai dia menjadi pembicara. Dan ketika saya menolak mencari makan dari situ dan memilih keluar dari lingkaran timnya, dengan mudahnya ia sebarkan fitnah saya futur dan sebagainya..maka sekali lagi saya punya alasan untuk tidak mempercayai siapapun.

Lalu ada juga di tempat lain saya dapati teman ini mendekati saya, hampir disetiap kesempatan manggung saya promosikan dirinya. Alhamdulillah nama dia sebagai rapperpun makin dikenal. Dan saat ini ia membenci saya hanya karena saya berbeda pendapat dengan pengajian yang biasa dia ikuti, lalu…lusinan kenistaan subjektif pada akhirnya terbuka dia ingin menjatuhkan nama saya sebagai rapper dan mengejar kelas popularitas melebihi ‘popularitas’ saya, yang menurut saya sendiri saya bukanlah orang yang popular sedemikian rupa..lagipula saya bisa memberika popularitas itu cuma – Cuma kepada siapapun. Karena buat saya popularitas adalah fitnah baik bagi saya pribadi maupun masyarakat luas..dan jika tujuan itu menjadi lebih penting dari sebuah harga ukhuwah yang dasarnya adalah kepercayaan. Maka saya bersyukur menjadi orang yang tidak percaya pada siapapun…

Berapa banyak belati tersayat dari belakang senyum. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Istri saya, apalah artinya ukhuwah islamiyah jika persaudaraan ternyata masih memiliki tendensi kepentingan. Dan begitu jugalah ketika saya menolak chating dengan siapapun, menolak berkenalan dengan siapa saja. Bukan karena saya sombong, bukan juga karena saya merasa orang terkenal, bukan juga karena saya merasa lebih tinggi derajatnya.

Tapi sekali lagi, jika orang yang pernah tidur bersama disebuah gubuk bisa mengkhianati saya, seperti ketika seorang yang pernah berbagi aib dan saya anggap saudara sendiri bisa menikam saya, seperti ketika orang yang saya anggap gurupun bisa menjual agamanya dengan lusinan fitnah kepada orang bodoh seperti saya. Maka apalagi dengan orang yang tidak saya kenal.

Sungguh merusak kepercayaan itu lebih mudah daripada membangunnya, seperti juga membangun kepercayaan kepada kemunafikan itu lebih mudah daripada menjaga komitmen kepercayaan kita terutama kepada nilai nilai Al Qur’an.

Dan saat ini maafkan saya tidak mau berteman denganmu secepat itu. Maafkan saya tidak mau mempercayaimu secepat itu. Dan sayapun tidak minta dipercaya oleh dirimu. Maaf kita bukan teman…karena teman terbaik saya hanya diri saya sendiri….i don’t trust everybody and I don’t need everybody to trust me…jika kau tidak suka..maka pergilah..cukuplah Alloh yang menemaniku dan hanya kepada Dia-lah aku serahkan hidup dan matiku.

Ya Rabb jagalah hamba untuk tidak mengkhianati diriMu