Katak Dalam Tempurung (Berandalan Puritan Dan Dunia Nasyid Hari Ini)





Sejak saya mengundurkan diri dari semua label dan stereotype 'dunia dakwah', 'dunia nasyid' hingga retorika - retorika syariat islam. Begitu enjoy rasanya menikmati dunia baru, kultur baru dan proses pewarnaan kehidupan.

Bertemu dengan beberapa kawan - kawan Ketapel Art, Gunxrose dan tentunya band saya The Roots Of Madinah. Hingga eksplorasi Jembatan Harokah kini berubah wujud dan lebih dikenal dengan sebutan Berandalan Puritan.

Ya..Berandalan Puritan, sebuah jaringan teenager kontra kultur yang sederhananya ingin membangun karakter dan warna hidup yang mandiri, kreatif, tidak stagnan, independen dalam ragam warna mulai dari seni hingga bisnis indie. Dari semua itu saya beserta kawan - kawan Berandalan Puritan yang lain, bisa mengexodus hipokritas dan stagnasi ke level dinamisasi kejujuran hidup. Untuk belajar menjadi orang - orang kuat tanpa harus menggantungkan apalagi menjual nilai nilai prinsip kami demi seonggok popularitas, eksistensi, uang dan semua tetek bengeknya..

Namun agak aneh, ketika kami yang 100% sudah tidak perduli dengan semua semua label dan stereotype 'dunia dakwah', 'dunia nasyid' hingga retorika - retorika syariat islam lainnya, harus sekali lagi dihadapi dengan keluh kesah perkembangan nasyid hari ini. Sebut saja orang ini Faiz Azzam Assyuhada , tidak ada tahu ada angin apa tiba - tiba dia menulis status di wall facebook dari fans page/halaman Berandalan Puritan seperti ini :

assalammualikum saya kecewa benar dengan panitia acara milad intifada yang ada di senayan tadi siang. waktu shoutul harokah tampil membawakan nasyid waktu dzuhur telah tiba bukan oof untuk shalat tapi malah tetap asyik bernasyid ketika ana tegur panitia ,eh panitia bilang tanggung waktu izzis tampil kejadian itu juga teruilang pas shalat ashar. apakah nasyid lebih penting dari shalat

Commen, kritik, caci maki langsung berdatangan terhadap status ini, esensi kecaman terhadap perilaku 'menabrak waktu sholat' yang sangat tidak pantas terjadi disebuah acara nasyid, plus tabayun personal via inbox dari kawan kawan Berandalan Puritan yang tidak tahu menahu tentang apa itu nasyid, shouhar dan izzis beserta semua tetek bengeknya. Namun melalui tulisan ini dengan sangat sederhana saya coba menjawab untuk semua fenomena ini (sesuai dengan permintaan beberapa pihak)...

Dunia nasyid bagi saya untuk hari ini hanyalah sebuah euforia. Dari sebuah rumus hura - hura yang berhasil membuat konstitusi syara ditinjau ulang, demi sebuah pengkultusan tanpa sadar, dan dominasi monopoli egosentris yang jika kita memaksakan diri untuk menyelidiki dan membuktikan saya hanya bisa berkata 'percayalah kalau maling ngaku penjara penuh'.

Inilah hakikat dari sebuah topeng hegemoni, Ketika semua rekayasa eksistensi itu sebenarnya tidak bisa menjalarkan objektifitas dari sebuah nilai yang kita sebut syiar dan dakwah. Karena pada akhirnya, jika setiap emblem dakwah harus mengantongi kepentingan personal, golongan dan kelompok di dalamnya, wajarlah jika akhirnya saya menemukan lusinan katak dalam tempurung. Yang kini membuat saya dan lusinan penggemar Tengkorak, Purgatory, Down For Life, Burgerkill hingga Sepultura bahkan Marilyn Manson cengengesan, lantaran mitos brainstorming media pribadi sudah terlalu 'cerdas' untuk memfatwa ulang konser kampanye partai pribadi sejajar dengan nilai tur keliling indonesia grup nasyidnya itu. Merasa besar tanpa pernah mampu melihat luasnya dunia yang sebenarnya...

Yang jika saya telaah ulang dari awal, semua yang terjadi dalam penurunan dominasi dunia nasyid bukanlah sebuah kekhilafahn personal, tapi ini murni telah menjadi sebuah kesalahan kolektif. Ketika seorang figur telah menganggap biasa suatu hal yang tadinya tidak biasa, maka jangan salahkan panitia menyepelekan keutamaan adzan dan sholat tepat waktu demi sebuah konser hingar bingar dengan atau tanpa label intifadhah di dalamnya. Maka kedepan semua ini akan menjadi 'hal biasa' sebiasa pelacuran demokrasi dimana ayat - ayat Alloh kini telah menjadi lebih murah diatas kepentingan politik pragmatis. oh....saya bersyukur tidak pernah mengotori tangan dan jari ini dengan tinta kafir bilik suara...

Dan ini belum termasuk juga, ketidaksadaran banyak pihak akan kelunturan nilai - nilai itu sendiri. karena 'banyak pihak' itu sendirilah yang telah menjadi bagian dari pemakmuran penyakit kronis internal dunia nasyid itu sendiri, baik dari segi ashobiyah, eksistensi, dominasi dan kepentingan suara.

Maka saya bersyukur akan caci maki, pengucilan, fitnah inteligen yang akhirnya membuat saya makin tangguh untuk bertarung tanpa harus menjadi pragmatis dan opportunis dengan lingkungan dan ideologi. Dan jika kalian masih menemukan di kemudian hari konser - konser bernuansa nasyid dengan atau tanpa label intifadhah di dalamnya, yang menabrak waktu sholat, melakukan jumpa fans over acting bin lebay, mengajarkan akhwat jejingkrakan, dan lusinan prilaku boy band tengik. Maka jangan salahkan faktanya karena sejatinya Nasyid Memang Sudah Mati!

ah....saya lebih suka bersepultura ria, tapi respek sama integrity personal dari sebuah nilai kenyakinan apalagi dalam posisi saya sebagai seorang muslim. Apalagi sebagai berandalan 'futur' seperti saya ini, makin aneh dalam mengejewantah hakikat arti futur itu sendiri, karena hari ini perilaku menabrak waktu sholat itu ternyata dilakukan oleh mereka 'kaum militan' yang 'tidak futur' dan secara fakta mereka telah melewati masa tarbiyah (pembinaan islam) selama bertahun - tahun bahkan berpuluh tahun.

Sebagai penikmat musik metal dan rock n roll, secadas apapun musik yang saya koleksi..tapi menghargai sebuah suara adzan untuk menghentikan musik dan belajar untuk sholat tepat waktu itu, ternyata banyak anak metal lebih bergetar hatinya..dibanding para ahli agama (baca:munsyid/pelantun nasyid) itu sendiri..

jadi..good bye nasyid..we dont give a damm about you anymore!

kalau kata Bobby bassis dari The Roots Of Madinah
Nasyid Is For Sissy..Metal Is The Best!


Selengkapnya...


Realisasi Ujung Hati





Aku menemukan ruang dari sisi sisi yang luas. Aku menempatkan posisi pada garis nurani, berjalan jujur tanpa harus menakuti insting dengan khayalan yang tak bertepi. Mengejewantah dalam ragam ruangan. Meraba setiap jejak tentang jawaban jawaban akan alasan yang ingin ku ketahui. Aku hanya ingin tahu itu saja..

Merayap bersama umur, kadang otakku merasa tua terlalu dini, atau memang ada masa yang tidak sempat ku lewati, karena kondisi telah memaksa jam dinding bergerak lebih cepat dari jadwal alarm yang biasa menunggu waktu dengan kesabaran proses hidup.

Hingga kita lebih banyak menghabiskan waktu dan malam untuk bertanya pada diri sendiri. Entah mengapa aku mencium neraka didekatku, tersenyum bahagia seakan ia yakin bahwa aku akan menjadi temannya. Ini seperti berjalan sendirian di jalan kosong dan penuh gelap gulita. Lalu tiba – tiba kau lihat cahaya dari tiap lentera yang menyala disetiap sisi jalan. Baik dari sisi kiri maupun sisi kanan. Hinga tiba dimana dimensi mencelah dengan kegundahan. Jiwa – jiwa rapuh yang tertatih bertahan.

Aku lihat begitu banyak orang berbaris dipinggir jalan. Mereka mulai menyalakan lentera mereka. Setiap diri mereka memanggil manggil namamu, tangan mereka melambaikan tawaran agar kau mau mendekat. Setiap mereka telah menjadi raja atas definisi. Dan kau bergelombang dalam samudera pilihan dan untuk kesekian kali mencoba menebak alasan. Jika benar adalah kanan adalah kiri adalah hitam adalah putih dan warna warna yang begitu congkak untuk berdefinisi dalam keselarasan.

Dan ketika bulan dan bintang mulai terlihat lelah mengawal malam, aku mulai bertanya pada diriku sendiri. Tak ada kepala yang bisa menembus awan sendiri, karena itu untuk apa kita membanggakan diri. Jika akselerasi hanyalah permainan pengaruh kuantitas, maka kebanggaan rupanya tidak lebih dari sinonim kepura puraan. Tidak ada nilai terbaik untuk dimengerti dalam mendefinisikan alasan, selain belajar untuk tetap berdiri tegar walau badan harus terkoyak badai dan gemuruh petir kehidupan.

Kita belajar untuk mensyukuri keterasingan. Suatu ketika kita terbangun dan tak ada lagi orang – orang yang kita harapkan bisa saling mencintai bersama kita. Dan ketika ku coba mencari tahu semua alasan tentang hidup dan kebenaran ini, Mungkin aku akan menemukan cara lain, atau coba mencarinya di hari yang lain, Namun dengan semua perubahan musim hidupku, Mungkin aku tidak akan melakukannya lagi baik hari ini atau di lain waktu...ini sudah final…tanpa harus dicatat tanpa harus dikenang.

Selengkapnya...